Kata Ibunda, kalau musim hujan bawa payung, jaga-jaga supaya nanti tidak kehujanan.
Dasar aneh, sudah berjuta kali diingatkan bunda untuk bawa payung tapi tak pernah dibawa, selalu ditinggal di atas rak hias hitam.
Alhasil, lagi- lagi harus menanti hujan reda. Dihentak- hentakan kaki kanannya perlahan, tangannya dilipat, untuk ketujuh kalinya dia lihat jam, belum ada 5 menit dari yang terakhir dia cek.
Sepi, dia sendiri. Rumahnya dekat, namun hujan deras berat. Bisa- bisa kena omelan bunda karna ketahuan tidak membawa payung lagi.
Lelah rasanya berdiri di bawah genteng warung bubur Pak Bima yang sudah tutup dari jam sembilan pagi.
Karna pegal dan haus dia lalu menutup matanya perlahan, tanpa dia sadari hujan pun reda dan lama kelamaan berhenti. Senyumnya bersinar sinar melebihi matahari yang baru terlihat karna ditutup awan abu abu nan tebal.
Setelah sampai dirumah, di sapanya ibunda tercinta yang sedang asik memasak makan malam, makanan kesukaannya yaitu ikan lele goreng.
Senyumnya semakin berseri melihat nasi panas dengan sambal khas ibunda di meja makan. Karna ingin lekas menyantap makanan, dia berlari ke kamarnya untuk menganti pakaiannya.
Sesampainya di kamar, dia lempar tas ke tempat tidur lalu melirik ke arah rak hias hitam yang seharusnya terdapat payung berwarna biru garis- garis kuning diatasnya, namun diatas rak hias tersebut hanya ada kertas- kertas catatan dan ulangan nya yang belom sempat dia rapihkan. “Dimana payung itu?” Katanya dalam hati. Dia cari keseluruh kamar untuk payung tersebut. Dia melirik tasnya dan lalu membuka tas itu lebar- lebar.
Dia menutup matanya geram, ternyata ibunda memasukan payung ke dalam tas nya tanpa dia sadari, harusnya dari tadi dia sudah bisa sampai rumah.
Comments
Post a Comment